Clash Of Clans Kembali Memakan Korban
Clash Of Clans merupakan salah satu game strategi terbaik dan paling banyak dimainkan di tahun 2015, game ini memperoleh review yang sangat baik dan mendapat rating five stars / bintang lima yang berarti sangat bagus. Game strategi yang dimainkan secara online realtime ini begitu banyak dimainkan oleh anak - anak ataupun remaja beberapa bulan terakhir ini.
Berita tentang game COC kembali memakan korban memang selalu hangat untuk dibicarakan. Seperti beberapa berita yang dimuat di berbagai media massa di tahun 2014 lalu. Masih ingat berita di Tribunnewsini :
KECANDUAN CLASH OF CLANS, ANAK SD MINTA DIBUATKAN KARTU KREDIT
Seorang ibu asal Palembang sangat terkejut ketika anaknya yang masih SD tiba-tiba minta dibuatkan kartu kredit. Amnah (32) semakin terkejut ketika mendengar alasan anaknya meminta kartu kredit tersebut. Sang anak bilang, ia ingin menggunakan kartu kredit tersebut untuk membeli 'senjata' dan menyerang kelompok lain. Jika tidak, ia akan diserang kelompok lain.
Mendengar hal tersebut Amnah pun cemas. Ia khawatir anaknya terlibat perkelahian atau masalah serius di sekolah. "Ia cerita bahwa ia diserang kelompok lain. Saya takut ia terlibat perkelahian," ujarnya.
Setelah ditanyai secara mendalam. Amnah baru mengetahui bahwa anaknya tengah menggandrungi game online via android bernama Clash of Clans (COC). Games ini memang tengah ramai dimainkan pengguna android. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, mulai dari kalangan menengah ke atas, hingga menengah ke bawah.
Sistem permainan COC memungkinkan pemainnya untuk membeli material gems yang dapat ditukarkan dengan gold (emas). Gold inilah yang nantinya digunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam game. Saat ini COC hanya menerima transaksi menggunakan kartu kredit. Pemain dapat membeli gems dengan harga mulai dari Rp 59 ribu hingga Rp 1.199.000. Semakin mahal harganya semakin banyak gems yang didapat.
Atau berita yang dimuat oleh Liputan6 ini :
Main Game Clash of Clans, Bocah Habiskan Rp 135 Juta
MESOTHELIOMA LAW FIRM
DONATE CAR TO CHARITY CALIFORNIA
DONATE CAR FOR TAX CREDIT
DONATE CARS IN MA
DONATE YOUR CAR SACRAMENTO
HOW TO DONATE A CAR IN CALIFORNIA
Seorang bocah berusia 12 tahun dilaporkan menghabiskan uang ibunya hingga 7.000 poundsterling atau sekitar Rp 135 juta hanya untuk bermain game Clash of Clans melalui perangkat genggamnya.
Sang ibu, Theresa Cox mengatakan bahwa selama anaknya, James, bermain game tidak ada peringatan soal biaya. "Saya pikir seharusnya ada semacam perlindungan," ujar Theresa, seperti dikutip dari laman Mirror, Kamis (4/9/2014).
"Sebelum Anda mengunduh game, pada jenis permainan in-app purchases - setiap kali Anda memainkannya memang harus menyetujui persyaratan terlebih dulu. Tapi tidak ada satu pun yang mengingatkan saya dengan situasi ini," kata Theresa.
Kepada Mirror, Theresa mengatakan bahwa dirinya terpaksa harus menjual mobilnya untuk membayar utang. Sementara James, merasa bingung dengan kejadian yang menimpanya ini.
"Aku bingung dengan apa yang telah terjadi. Aku tidak memiliki petunjuk," tandasnya. Berkaitan dengan hal tersebut, provider T-Mobile menuturkan bahwa pengembang game Supercell harus bertanggung jawab atas penetapan biaya yang selama ini diberlakukan pada game besutannya, Clash of Clans.
Namun Supercell menolak untuk mengomentari hal tersebut, dan malah menyarankan pengguna untuk membaca kebijakan orangtua di situs resmi perusahaannya.
Kasus yang sama juga pernah menimpa seorang anak asal Ilfracombe, Inggris yang kecanduan game Xbox hingga menghabiskan hampir 3.000 poundsterling atau sekitar Rp 58 juta hanya untuk sebuah game, menggunakan kartu kredit keluarga.
Dan satu lagi berita Game COC kembali memakan korban :
Akibat game COC Pengusaha Muda Ini Rela Keluarkan Rp 30 Juta untuk Main strategi besutan Supercell atau biasa disebut Clash of Clans (CoC) semakin ramai di kalangan anak-anak hingga dewasa. Meski ada yang menganggap game online ini mengganggu pekerjaan, namun tetap saja permainan ini semakin banyak peminatnya.
Pengusaha, Audy Lieke mengaku termasuk yang hobi bermain game online jenis ini. Politisi Partai Gerindra ini tergabung dalam Clan Manado Maniso. Bahkan di Clan ini dia sebagai co-leader clan. Menariknya Audy mengatakan, karena dia ketagihan ingin membangun desa, sehingga rela mengeluarkan uang hampir Rp 30 juta.
"Saya bermain sudah sejak 2012, karena ingin pertahanan kuat, jadi saya gunakan kartu kredit maupun debit," ujarnya saat berbincang dengan Tribun Manado, Kamis (14/8/2014).
Bukan hanya kalangan pengusaha, karyawan maupun mahasiswa juga seakan haus dengan permainan itu.
Satu contoh Rezky Chandra mengatakan, setiap menit melihat gadgetnya, seakan tidak akan pernah lepas dari genggamannya. Ini karena game COC gadget, bahkan di chars hingga 5 kali sehari."Saya baru empat bulan bermain dan bergabung di Clan Manado Maniso sembilan. Dengan bergabung di clan lain bisa mendapat teman baru baik dari Manado maupun luar daerah," tuturnya.
Selain itu, kita juga bisa bergabung dengan clan luar negeri seperti clan Amerikan kultur dan Malaysia serta seluruh dunia.
Karyawan Perbankan ini mengatakan, saat bermain tidak mengganggu pekerjaannya. Dia juga mengaku telah mengeluarkan uang demi membuat pertahanan yang kuat, sehingga dia pun mentransfer uang dengan memakai master card." Di permainan ini juga bisa chatingan dengan teman-teman antar clan saling tukar pikiran membangun desa (clan)," ujar Rezky menambahkan.
Lain lagi dengan Gabriela mahasiswi Universitas Klabat. Dia mengatakan, awalnya tidak tertarik main Clash of Clans ini. Karakternya terlihat lucu dan kekanak-kanakan dan sama sekali tidak sangar. "Hanya iseng saja melepas stress ternyata membuat saya ketagihan," kata Gabriela.
Dia menjelaskan, dalam permainan COC bisa leluasa meng-upgrade Pasukan Giant, Archer, Wall Breaker dan Wizard. Untuk berjaga-jaga, defense juga perlu diperhatikan. Apalagi sekarang mode perang antar clan lagi maraknyqa, sehingga defense juga sangat penting. Selalu upgrade defense hingga mentok, tujuannya adalah memperlambat serangan lawan.
Pelajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Frater Don Bosco Manado ikut ketagihan dengan permainan tersebut. "Saya main tapi sembunyi-sembunyi dan tidak pernah ketahuan," ujar Joshua Tandean, siswa kelas XI, kepada Tribun Manado, Kamis (14/8/2014), yang saat itu sedang memegang gadget Samsung-nya dengan kedua tangannya.
Joshua mengaku, saat ini CoC-nya mencapai level 61. Sedangkan Yohanes Tangkudung, teman sekelas Joshua yang saat itu duduk bersampingan di depan kelas mengaku hanya bermain di saat istirahat.
Selain mereka, banyak siswa lainnya yang sedang beristirahat, termasuk perempuan yang berdiri di tepi pagar lantai dua sekolah juga memainkan CoC.
Erwin Lumoring, pelajar kelas XII IPS II mengatakan, sejak enam bulan silam memainkan CoC-nya yang saat ini mencapai level 64, sering bermain meski di dalam kelas. "Tidak pernah guru mendapati, begitu juga dengan teman-teman lain," kata Erwin yang saat ini tergabung dalam Clan Manado Masoso.
Erwin yang saat itu bersama teman-teman lainnya di depan kelas mengaku sering bermain di saat belajar namun secara diam-diam hingga tidak diketahui guru.
Permainan tersebut merupakan permainan pertempuran untuk meraih kemenangan dengan strategi jitu, juga membangun desa serta membuat pasukan yang bisa ditingkatkan kekuatannya untuk bertempur melawan bot atau pemain lainnya.
Semua menggunakan koin emas permainan dan elixir yang artinya obat mujarab, namun para pengembang permainan yang bisa diunduh secara gratis, menyertakan pilihan membeli koin emas atau elixir dengan membayarnya lewat Master Card.
Awalnya permainan ini hanya bisa berjalan di sistem operasi Android atau sistem operasi milik Apple, namun belakangan ini para pemain sudah menemukan cara untuk bisa dimainkan di komputer yang aktif internet.
Terpisah, Drs Theo Manoppo Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMA Frater Don Bosco mengatakan di sekolah mereka ada aturan terkait pemakaian ponsel. "Kami memberikan kesempatan, tetapi ada waktu-waktu tertentu, saat belajar tidak diizinkan, saat istirahat diperbolehkan. Manakalah ada hal yang mebdesak untuk menelepon orangtua kita izinkan," kata dia yang saat itu sedang memerhatikan para siswa-siswi yang sedang berlomba dalam rangka HUT RI ke-96.
Ia menambahkan, ada pengecualian dari guru-guru kurikulum 2013 banyak kegiatan mandiri, menggunakan internet sehingga mengizinkan menggunakan gadget. "Jika ditemukan bermain game saat belajar, jauh sebelumnya sudah diingatkan, kalau kedapatan pertama ditegur, jika berulang ponsel ditarik kemudian orangtuanya dipanggil, kalau tidak ponsel kita tahan dengan jangka waktu tertentu kita kembalikan," katanya.
Ketiga berita diatas memang ada benarnya, meskipun mereka semua hanya berkorban uang , tapi jika uang tersebut digunakan dengan bijak barangkali akan menjadi suatu investasi yang menguntungkan.
Jadi , benarkah Game COC Kembali Memakan Korban ?
0 komentar:
Posting Komentar